Makalah Manusia dan Cinta Kasih
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Didalam perjalan hidup, kita sebagai manusia tidak akan bisa lepas dengan yang namanya
cinta. Cinta akan selalu ada dalam suatu dimensi yang namanya manusia. Manusia
diciptakan dengan penuh cinta.
Sangat disayangkan, ketika kita kebingung akan hakikat
cinta yang sesungguhnya. Dengan diperkeruh dunia perfilman yang menceritakan
kisah-kisah mengenai romantika cinta yang menitik beratkan pada nafsu semata.
Cinta itu adalah hak semua insan manusia yang memiliki
perasaan atau hati. Karena sejatinya, cinta bersumber dari hati yang alaskan
dengan ketulusan bukan hanya sekedar nafsu semata. Cinta bukan hanya
diperuntukkan kepada lawan jenis saja, melainkan cinta kepada Tuhan, diri
sendiri dan keluarga.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
a.
Apakah pengertian dari cinta kasih?
b.
Apakah pengertian dari kasih sayang?
c.
Bagaimana cinta dalam pandangan
islam?
1.3.
TUJUAN
a.
Untuk mengetahui makna dari cinta
kasih
b.
Untuk mengetahui makna kasih sayang
c.
Dapat mengetahui cinta dalam
pandangan islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
PENGERTIAN CINTA KASIH
Ada
beberapa pendapat mengenai cinta kasih. Menurut kamus umum bahasa Indonesia
karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa)
sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat
kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan
sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta
dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena
itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang
yang disertaidengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta kasih mengandung arti yang hampir
bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih
mengandung pengertian mendalamnya rasa sedangkan kasih lebih keluarnya, dengan
kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan
secara nyata.
Dalam bukunya seni mencinta, Erich Fromm menyebutkan,
bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima. Dan memberi merupakan ungkpan
yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam memberi ialah
hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan
unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan
pengenalan.
Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono dikatakan bahwa, cinta
memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Tidak semua
unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada yang keterikatan sangat kuat
tetapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung
kesetiaan yang amat kuat, kecemburuannya besar tetapi dirasakan oleh
pasangannya sebagai dinggin atau hambar karena tidak ada kehangatan yang
ditimbulkan kemesraan atau keintiman.
Dalam bukunya manajemen cinta, Dr. Abdullah Nasih
Ulwan mengemukakan bahwa cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang
mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut dan
kasih sayang. Cinta adalah fitrah yang murni, yang tak dapat dipisahkan dengan
kehidupannya. Jika seseorang ingin menikmatinya dengan cara yang terhormat dan
mulia, suci dan penuh taqwa, tentu ia akan mempergunakan cinta itu untuk
mencapai keinginannya yang suci dan mulia pula.
2.2.
PENGERTIAN
KASIH SAYANG
Pengertian
kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadaminta
yitu perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang. Dalam
berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini
merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak dituntut
tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian,
saling terbuka, sehingga keduannya
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Seorang remaja menjadi frustasi, morfinis,
berandalan dan sebagainya itu disebabkan karena kekurangan perhatian dan kasih
sayang dalam kehidupan keluarga.
2.3.
CINTA DALAM
PANDANGAN ISLAM
Didalam kitab
suci Al-Qur’an, ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi didalam jiwa
manusia. Cinta memiliki tiga tingkatan, yaitu tinggi, menengah, dan rendah.
Tingkatan cinta tersebut berdasarkan firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 24
yang artinya sebagai berikut :
“katakanlah :
jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan
rumah-rumah tempet tinggal yang kamu sukai; adalah lebih kamu cintai dari pada
pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad dijalnnya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik.”
Tingkatan cinta
yaitu :
a.
Cinta
Tingkat Tertinggi
Cinta
tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad dijalan
Allah. Hanya kepada Allah tempat kita mencurahkan segalanya termasuk cinta
kita. Untuk mendapatkan cinta Allah pun kita harus berusahakan dengan melakukan
semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Begitu pun dengan cinta
kita kepada Rasul, karena Rasul adalah orang pilihan Allah yang nanti jika
kelak kita sudah tak bernyawa kita berharap akan mendapatkan syafaat dari
Rasulullah. Berjihad juga merupakan salah satu jalan menuju kenikmatan yang
luar biasa, yaitu surganya Allah.
b.
Cinta
Tingkat Menengah
Cinta
kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat. Kenapa kita harus
mencintai mereka? Jawabanya karena merakalah orang-orang yang terlebih
mencintai kita dan banyak memberikan jasa yang mungkin dapat membantu kita.
Karenanya hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara mereka semakin
akrab.
c.
Cinta
Tingkat Rendah
Cinta
tingkat rendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat,
harta dan tempat tinggal.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
KESIMPULAN
Dari makalah yang kami buat dapat disimpulkan bahwa cinta adalah
sesuatu yang fitrah dan suci yang didapatkan dari Tuhan dengan cuma-cuma, hanya
bagaimana cara manusia mewujudkan rasa cinta itu sendiri. Jangan sampai cinta
itu hanya identik dengan ‘nafsu’ belaka. Dan didalam islam telah dijelskan
bahwa banyak tingkatan cinta. Tak lupa cinta yang utama hanya kita berikan
kepada Allah. Dan cinta yang sejati hanyalah cinta dari Allah dan Rasulullah.
Kemudian kita berikan cinta itu kepada sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’arrie,
Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an: Lembaga Studi Filsafat,
Yogyakarta. 1992.
Mastopo, M. Habib. Manusia dan budaya kumpulan Esay: Usaha
Nasional, Surabaya. 1990.MP. Suyadi. Ilmu Budaya Dasar: PT. Karunia, Jakarta. 1990.
Komentar
Posting Komentar