Makalah Manusia dan Keindahan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Manusia dan Keindahan,
memang tidak akan pernah lepas dan terpisah, karena pada dasarnya manusia itu
sendiri adalah karya cipta Allah yang paling indah dan terencana. Mulai
daripemepatan mata, hidung, telinga, mulut, dan anggota tubuh yang lainnya.
Bahkan jauh dari itu semua, akal adalah ciptaan yang paling menabjubkan yang
hanya Allah berikan kepada kita sebagi manusia.
Dan pada hakekat diri
Allah itu sendiri adalah dzat Yang Maha Indah dan cinta pada keindahan.
Sebagaimana didalam hadits yang diriwayatkan oelh Imam Bukhori, dikatakan
bahwa “Allah itu indah dan suka
dengan keindahan”.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
a.
Apa pengertian manusia?
b.
Apa pengertian dari
keindahan?
c.
Bagaimana hubungan
manusia dan keindahan?
1.3.
TUJUAN
a. Mengetahui hakekat maanusia
b. Mengetahui makna dari keindahan
c. Dapat menjelaskan hubungan dari manusia dan keindahan itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
PENGERTIAN MANUSIA
Manusia adalah
makhluk Tuhan yang paling sempurna, terdiri dari tubuh, jiwa sebagai satu
kesatuan yang utuh, yang memiliki perasaan indrawi maupun rohani serta dibekali
akal. Dan akal itulah yang menjadikan pembeda antara manusia dengan makhluk
ciptaan Tuhan lainnya.
Manusia adalah
makhluk yang beradab, sebab dianugerahkan harkat, martabat, serta potensi
kemanusiaan yang tinggi. Dalam perkembangannya bisa jatuh dalam perilaku
kebiadaban karena tidak mampu menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa dan
karsa yang dimilikinya, manusia tersebut telah melanggar hakikat kemanusiaan.
2.2.
PENGERTIAN KEINDAHAN
Kata keindahan
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan
sebagainya. Keindahan merupakan bagian dari hidup manusia. Keindahan tak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Keindahan juga bersifat universal, artinya
tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode,
kedaerahan atau lokal. Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian
1.
The
Liang Gie menjelaskan, bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian
ide kebaikan, misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah,
sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga
menyenangkan. Plotinus mengatakan tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang
indah. Orang Yunani berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat
kebiasaan yang indah. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan
berdasarkan penglihatan (misalnya pada seni pahat dan arsitektur) dan
“harmonia” untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik).
Jadi pengertian
yang seluas-luasnya meliputi :
-
Keindahan
Seni
-
Keindahan
Alam
-
Keindahan
Moral
-
Keindahan
Intelektual.
2.
Keindahan
dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3.
Keindahan
dalam arti yang terbatas mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya
menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa
keindahan bentuk dan warna.
Manusia
menikmati keindahan, berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan. Pengalaman
keindahan biasanya biasanya bersifat visual atau auditory walaupun tidak
terbatas pada dua bidang tersebut. Namun demikian, orang yang mencontoh
keindahan alam belum tentu menghasilkan keindahan.
Jadi keindahan mempunyai dimensi
interaksi yang sangat luas baik hubungan manusia dengan benda, manusia dengan
manusia, manusia dengan Allah, maupun bagi dirinya sendiri.
Imbalan untuk semua keindahan itu,
kepada manusia hanya dituntut sipak mensyukuri kepada Allah dan hidup di dunia
untuk menuruti perintah-perintahNya dan dikaruniai syurga, dan akan menerima
berkah, serta keindahan-keindahan yang tidak terbatas untuk selama-lamanya.
Begitu juga sebaliknya, kalau tidak
mensyukuri-Nya, mereka diperbolehkan memanfaatkan untuk sementara segala
sesuatu yang tersedia di bumi ini, yang tidak satupun darinya bekal dan
pertolongan untuk mereka di hari perhitungan, ketika semua manusia harus
menghitung semua perbuatan mereka selama berada di dunia ini. Di akhir
perhitungan, mereka ini berhak dijebloskan ke neraka, tempat penyiksaan abadi
dan tak tertanggungkan pedihnya.
Allah, Dia yang telah menciptakan
manusia dalam bentuk terindah juga memberikan ilham kepada mereka agar mereguk
kesenangan dari berbagai macam kecantikan. Di antara semua ciptaan hanya
manusia saja yang mendapat iradah mengenal konsep kecantikan. Manusia tidak
saja menikmati barang-barang indah, tapi juga berusaha membuatnya melalui
sejumlah tanda dalam Al-Quran, Allah memberikan penghargaan kepada estetika,
kecantikan dan kemolekan serta memberikan dorongan kepada hamba-hamba-Nya untuk
menikmati itu semua.5
Dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf (7) :
32:
“Katakanlah, siapakah yang
mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya dan (siapa pulakah
yang mengharamkan) rizki yang baik? Katakanlah, semua itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat”.
2.3.
HUBUNGAN MANUSIA DAN KEINDAHAN
Manusia dan
keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga kia perlu melestarikan bentuk
dari keindahan yang telah dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa,
seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya dapat menjadi bagian dari
suatu kebudayaan yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur
politik.
Keindahan
merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran
adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai
daya tarik yang selalu bertambah. Sesuatu yang tidak mengandung kebenaran
berarti tidak indah. Karena itu hanya tiruan lukisan Monalisa yang tidak indah,
karena dasarnya tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu,
melainkan kebenaran menurut konsep dalam seni. Dalam seni, seni berusaha
memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Manusia yang
menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan.
Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengar
(auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut.
Batas keindahan akan
behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan itu sendiri.
Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, sedangkan
yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik. Orang yang
mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu berimajinasi, rajin dan
kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang lainya. Dengan kata lain
imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai
objek imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan
orang-orang yang beriman, para nabi, orang yang menghargai kebenaran dalam
agama, kata dan perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan
yang paling indah.
Jadi keindahan
mempunyai dimensi interaksi yang sangat luas baik hubungan manusia dengan
benda, manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan bagi orang itu sendiri
yang melakukan interaksi.
Pengungkapan keindahan
dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu
pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan
hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam
masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Tujuannya tentu
saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagi
manusia secara kodrati.
Ada beberapa alasan
mengapa manusia menciptakan keindahan, yaitu sebagai berikut:
1. Tata nilai yang telah usang
2. Kemerosotan Zaman
3. Penderitaan Manusia
4. Keagungan Tuhan
BAB III
KESIMPULAN
3.1
KESIMPULAN
Keindahan
merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Manusia yang
menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan.
Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengar
(auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H Rohiman Widagdho. Ilmu Budaya Dasar berdasarkan Al Qur’an
dan Hadis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997
Komentar
Posting Komentar