Review Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Ya... film ini merupakan adaptasi
dari novel yang berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” \buah karya dari
“Buya Hamka”. Membaca judul filmnya ini pun, saya mencoba menerka-nerka cerita
film ini. Karena sebelumnya saya sama sekali belum pernah membaca novel
tersebut. Menurut pikiran saya film ini akan bercerita mengenai peperangan atau
semacamnyalah. Namun, semuanya itu SALAH setelah melihat film ini. Film ini
bercerita tentang CINTA dua insan diatas perbedaan suku, adat, dan budaya.
Yuuukk kita simak ceritanya....
Seorang
pemuda yatim piatu yang bernama Zainudiin (Herjunot Ali) ingin menimba ilmu
dikampung halaman mendiang ayahnya di Batipuh, Padang. Ia menginap dirumah
saudaranya. Suatu ketika ia berjalan dengan sang paman bertemu dengan seorang
gadis cantik jelita yang bernama Nurhayati (Pevita Pearce) yang berarti
kekayaan alam nan indah. Sepasang muda-mudi ini pun jatuh cinta. Dibatipuh,
Zainudiin sepertinya tak diterima disana. Karena banyak omongan orang mengenai
Zainudiin dan Hayati.
Akhirnya,
Zainudin pun pergi menimba ilmu diPadang Panjang namun sebelum berpisah
Zainudiin dan Hayati pun bertemu disuatu tempat. Disana Zainudiin mengucapkan
salam perpisahannya, sama halnya dengan Hayati. Hayati bersumpah akan selalu
mencintai Zainudiin dan akan menunggunya sampai kapan pun. Zainudiin pun
meminta tanda cinta dari Hayati, walaupun tak bernilai. Hayati pun memberikan
sebuah selendang kerudung yang dikenakannya dan berkata “disana cinta dan
jiwaku selalu bersama”.
Di Padang
Panjang Zainudiin berniat untuk meminang Hayati melalui sepucuk surat, dilain
waktu ada juga seorang pemuda beradat,
kaya dan terpandang ingin meminang Hayati yang bernama Aziz (Reza Rahardian).
Oleh keluarga Hayati pinanngan Zainudiin pen ditolak dan menerima pinangan dari
Aziz yag bersuku dan beradat. Sebenarnya Hayati ingin menolak namun oleh tetua
suku sudah diputuskan dan akhirnya Hayati menikah dengan Aziz.
Zainudiin
pun tersungkur, lemah tak berdaya bahwa pinangannya ditolak. Ia pun jatuh sakit
dan hampir gila pinangannya ditolak. Suatu hari Hayati yang telah bersuamikan
Aziz menjenguk Zainudiin. Hayati tak mampu berkata-kata, mulut terasa kaku
melihat kondisi Zainudiin yang tak berdaya di tempat tidur. Zainudiin berkata
“kita akan menikah, ini penghulunya (samabil menunjuk tabib yang dikiranya
penghulu)” dengan memegang tangan Hayati yang sudah ada tanda ikatan
pernikahan. Ia pun mengusir Hayati. Semenjak Zainudiin mengetahui bahwa Hayati
telah menikah ia hanya melamun meratapi nasib cintanya yang kandas diatas
perbedaan suku, adat dan budaya. Perkataan Bang Muluk (Randy Danistha)
menyadarkan Zainudiin bahwa “kamu harus bangkit,
jangan hanya karena cinta kamu menjadi gila dan menunjukkan kepada perempuan
itu (Hayati) bahwa kamu tidak akan mati hanya karenanya”.
Tibalah
Zainudiin dan Bang Muluk di Batavia. Disana ia menjadi seorang penulis
terkenal, berawal dari koran kemudian menerbitkan buku “Teroesir” karyanya
terjual laris. Hingga Ia hijrah ke Soerabaya. Disana karirnya semakin bagus
hingga dititik puncak. Ia berkelimangan harta dan menjadi penulis yang
termasyur. Ia pun membeli sebuah rumah nan megah bak Istana.
Tetapi
sebuah peristiwa tak diduga kembali menghampiri Zainuddin. Di tengah gelimang
harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali
bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Rupanya Aziz memiliki hutang dari judinya, namun tak
mampu membayarnya. Akhirnya ia dan Hayati menumpang sementara waktu dirumah
Zainudiin. Aziz pun jatuh sakit hingga beberapa minggu, namun ia tak enak hati
kepada Zainudiin yang memiliki hati mulia bak mutiara. Akhirnya ia mpun
memutuskan untuk pergi merantau dan menitipkan Hayati untuk tinggal dirumah
Zainudin sampai ia mendapatkan pekerjaan.
Setelah
kepergian Aziz merantau, Hayati dan Zainudiin pun mendapatkan kabar yang tak
mengenakkan. Aziz pun meninggal akibat menelan obat yang terlalu banyak
(overdosis) dan ia telah menalak Hayati.
Pada
akhirnya, kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya. Hayati
pulang ke kampung halamannya dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di
tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam. Sebelum kapal
tenggelam, Zainuddin mengetahui bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya.
Namun, tak lama setelah Zainuddin datang, Hayati meninggal. Dan “permataku yang
hilang” akhirnya ditemukan Zainudiin walaupun tak bersamanya didunia ini, namun
“Permata” itu telah menantinya kelak disurga. Penulis termhasyur itu
menerbitkan buku yang berjudul “Van Der
Wijck”
Yaa...
itulah ringkasan cerita dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Hampir saja
ada butiran hujan yang akan jatuh, namun air itu masih tersimpan dipelupuk mata
saya. Sungguh film yang luar biasa. Dan kita dapat mengambil pesan dalam film
ini, antara lain :
Ø Memperjuangkan apa yang kita inginkan.
Ø Ketika
ada sebuah batu yang membuatmu “Jatuh” maka segeralah bersihkan tangan, siku,
dan lututmu dari pasir kemudian bangkitlah jangan sampai kamu terus terpuruk.
Ø Ada
pepatah mengatakan “Tak ada ombak yang tenang menjadikan nelayan hebat”,
berarti sebesar apapun ombak mencoba menenggelamkanmu teruslah berenang sampai
engkau menaklukkan ombak itu.
Referensi : http://en.wikipedia.org/wiki/Tenggelamnya_Kapal_van_der_Wijck
Komentar
Posting Komentar